Wisata Kuliner Alternatif di Palembang 7 Fried Chicken

        Sebut nama makanan lokal khas Palembang yang elu tau bleh. Pempek, model, tekwan, semuanya berbasis olahan ikan. Buat elu yang lagi menetap sementara di di kota ini atau warga asli kota ini yang kepengen makan makanan 'interlokal' dan bukan olahan ikan silahkan coba ini bleh: The 7 Fried Chicken.
       Terletak di ujung jalan Puncak Sekuning 26 Ilir Barat Palembang, restoran ini sepertinya masih satu manajemen dengan hotel 7 Dreams.. 
      Resto ini menyajikan aneka menu makanan cepat saji seperti ayam goreng tepung, sosis, nugget, sosis dan nasi goreng. Untuk minumanya selain aer putih tersedia pula milo dan teh manis. Tinggal elu pilih mau disajikan panas atau dingin.
        Oya poto ini gue jepret saat resto ini baru buka sekitar jam 8 pagi, jadi belum ada pelanggan lain yang datang. Ini kedua kalinya majikan gue di resto ini, waktu pertama kali kesini gue baru ada ide setelah tulang-belulang ayam ini masup tong sampah. Alhamdulillah madih ada kesempatan kedua. Thank you my majikan.
         Gue kesini sama majikan laki dan dua anak majikan, sementara majikan cewe au ah gelap.
Tampak display dagangan yang masih kosong. Niat jualan gak sih? Eits jangan salah disini ayam dan makanan lainnya baru digoreng tatkala ada pesenan. Jadi jangan khawatir pesenan elu sudah dingin saat dihidangkan.
          Pelayan restoran yang berwajah cantik dengan cekatan membungkus pesanan. Untuk makanan yang dibungkus atau dibawa pulang resto ini mengenakan biaya tambahan.
         Dua anak majikan dipesenin ama majikan laki menu paketan nasi putih ayam goreng tepung bagian paha dan minumnya Es Milo dan kentang goreng.
Ini dia yang paling ditunggu-tunggu, sekarang kita review rasanya ya.
         Ayam gorengnya saat dicuil tepung krispinya kurang menyatu seperti fried chicken asal amerika, rasanya asin dan bagian dalam menjelang tulang dagingnya masih agak merah.
        Kentang gorengnya waktu hari pertama masih sesuai ekspektasi, nah yang hari kedua dapet kentang gorengnya pendek-pendek seukuran ujung ruas kelingking elu.
Kurang garing sehingga menyisakan banyak minyak goreng di kertas pembungkusnya. Rasanya asin dan setelah dikunyah kemudian ditelan diujung kerongkongan akan tertinggal rasa atau tanda kalau minyak gorengnya sudah begitu lama dipakai dan saatnya diganti.
        Untuk minuman Milo dinginnya karena gue jarang minum Milo jadi gue gak bisa membedakan mana yang asli atau bukan, tapi pada saat diminum  terasa butiran2 halus laksana pasir. Apakah itu butiran Milo yang belum larut?
        Ini bon makan majikan laki dan dua anaknya bleh. Difoto pada saat Juni 2018 harga Pertalite Rp.8000/liter. Semua tulisan diatas adalah kesan pribadi gue, tanpa ada niat menjelekkan atau apapun.

Comments