Property Cafe Kedai kopi di tangerang cafe di tangerang

Tampak dari depan suasana Property Cafe. Suasananya sepi karena menjelang waktunya sholat Jumat
        Kali ini gue memperlebar cakrawala perkopian gue bleh. Setelah bertahun-tahun ngisep Kapal Api dkk, hari Jum'at kemarin gue diberikan hidayah buat nyobain kopi non sachet.

       Saat nungguin majikan klimaks tiba-tiba gue pengen banget ngopi, gue jalan dah di trotoar parkiran, dari luar kelihatan kios kedai kopi ini. Tapi jujur aja yang bikin gue mau mampir kesini adalah tulisan harga kopinya kisaran sepuluh ribu hahaha....
      Cafe ini namanya Property Cafe, punya tagline Nikmatnya secangkir kopi, senikmat investasi di property. Tak lupa ada tulisan Jual, Beli dan Sewa Property. Sepertinya pemilik kafe ini nyambi jual kopi atau jual kopi nyambi jual properti. Menempati salah satu kios di Pasar Modern Paramount Gading Serpong agak kedalam dan dijaga oleh dua orang kru, tapi dari parkiran kelihatan kok. Kondisi pasarnya cukup bersih, jadi suasana nyaman terasa. Property Cafe ini sebenarnya lebih cocok disebut kedai kopi tapi karena pemiliknya maunya disebut kafe ya kita ikuti saja kemauannya. 
       Sementara untuk disebut warung kopi juga enggak pas karena  warung kopi jaman sekarang yang dijual itu kopi instan sachetan bermerk, bukan kopi racikan seperti ini. Elu tinggal pilih mau kopi apa. ABC, Kapal api, Nutrisari atau Ale-Ale.
      Cafe ini memajang dan menjual aneka jenis kopi dan ragamnya dari kopi nusantara hingga internasional.
"Mau kopi hitam, susu atau coklat Mbak?" Sapa si Mbak penjual ya wajahnya mirip Gerald Situmorang.
"Hitam." Jawab gue.
"Kopi jenis apa? Arabika atau Robusta?"
 Nah lo gue bingung ngejawabnya. Gue sih tau robusta dan arabika tuh nama kopi. Tapi gue gak tau bedanya. Kapal Api,  Nescafe itu kopi jenis apa gue juga gak tau.
"Yang enak aja deh."
"Kalo gitu campur aja ya?"
"Ya."
"Minum disini atau take away?"
"Emang bisa dibungkus? Kan panas."
"Bisa."
        Gak sampai dua menit menunggu tersajilah kopi panas yang gambarnya elu lihat diatas bleh. Hmm.. wangi nya natural banget karena belum pake gula, beda sama kopi sachetan yang aroma gulanya ikutan tercium. 
      Enggak sabar perlahan gue sedot itu kopi. Ahhhsshhh.... sialan! Masih panas banget! Lidah gue jadi mlonyoh! Sampe melet-melet terjulur lidah gue. Asli panas banget.
     Sabar bleh. Isepan kedua, mmmm... kopinya pekat banget pahitnya. Panas, pahit dan wangi kopi itu yang gue rasakan. Gue isep lagi mencoba mencari rasa asam kopi yang biasanya ikut. Tapi sama sekali belum berasa. Sekitar sepuluh menit kemudian setelah kopi agak dingin gue isep lagi, rasa pahitnya belum berkurang, tapi rasa asamnya baru muncul.

Si Mbak penjual sedang menuang kopi. Bubuk kopinya ditaruh di saringan, kemudian dituangkan air mendidih. Jadi kopi yang disajikan tanpa ampas. 

       Overall rasa kopinya enggak terlalu istimewa, tapi juga enggak buruk. Kalau pakai skor tujuh koma delapan dah. Tapi gue menantikan untuk datang lagi kesini, untuk mencoba aneka jenis kopi lainnya. Semoga gue diajak ke daerah sini lagi sama majikan laki. Dan kalo gue diberi kecukupan rejeki dan keluasan umur, gue janji akan update artikel ini.     
      Untuk minuman kopi harganya kisaran Rp.10ribu - 12ribu (Agustus 2018. Pertalite Rp. 7800/liter). Untuk harga makanan lainnya gue enggak inget, tapi coba aja lu zoom gambar diatas, siapa tau kebaca daftar harga makanan yang dipapan tulis.
        Selain minuman kopi ada juga kudapan lain seperti kue-kue, roti bakar,  indomi goreng, telur setengah mateng dll. Yang di deket gue saat itu ada pisang rebus, tapi gak gue icipin karena budget gue cuma sepuluh ribu.

       Sebagai wanita yang baik kali ini gue menepati janji gue bleh. Apa itu? Balik lagi ke tempat ini. Waktu kunjungannya masih sama seperti kemarin yaitu hari Jumat menjelang sholat jumat bangsa jam 11an, jadi suasana pasar sudah sepi. Hanya ada 5 orang yang lagi hang out disitu, sepertinya mereka bukan kaum muslimin karena kelihatan santai banget dan sepertinya juga punya banyak bahan buat diobrolin. Prediksi gue jam 1 gue balik kesini ini orang2 masih pada nongki disini hahaha...
Langsung dan gue pesen kopi item pait non gula seperti kemarin. 
       Sambil ngopi gue ngelihatin bujur (bahasa sunda) pria-pria di depan gue, hmm... Eits pikiran gue kok jadi kemana-mana ya? 😁 Buru2 gue alihin buat ngelihatin gambar aneka kudapan yang ada di belakang pria berbaju putih. Penasaran sama roti bakarnya gue pesen isi coklat dibungkus, harganya Rp.12ribu (September 2018, Pertalite Rp.7800/liter). Gampanglah ntar tinggal gue bilang aje Anak Singkong yang kepengen, biar duit gue diganti ame majikan.
   Begitu sampe rumah majikan gue buka, tampilannya persis seperti foto yang elu lihat diatas bleh. Miskin variasi, enggak ada mirip2nya sama gambar yang di kios tadi yang bertabur parutan keju dan coklat di bagian luarnya.
        Gue cobain potongan pertama, rasanya standar, manis, meises yang dipake sepertinya yang curah alias tanpa merk, jadi rasanya tidak ada yang bisa dibanggakan kecuali paduan keju dan coklat. 
      Gue yakin anak majikan enggak bakalan doyan sama yang beginian, setelah basa-basi langsung dah gue sikat semua. Hap!

Comments